Langsung ke konten utama

Menjadi Anak Berbakti di Era Media Sosial


Ketika para orang tua, bapak-ibu, om-tante, dan segenap sodara-sodara sepuh sudah mulai bermain socmed, sesungguhnya para kawula muda mengalami kegalauan. Bukannya apa-apa, eksistensi kami-kami ini mulai sedikit terancam karena jika mau "nyetatus", sudah harus memperhitungkan kira-kira bagaimana tanggapan mereka melihat postingan kami. Mau ga mau harus waspada kalo mau bikin status aneh-aneh, yeah walopun kita menyadari sepenuhnya bahwa itulah salah satu modal untuk ngeksis.

Umpamanya, saya yang jomblo ini suatu hari memposting foto berdua dengan teman cowok, tiba-tiba mereka komen, "Siapa ini? Pacar baru ya? Kapan dikenalkan?" 

Kan keder juga kalo dikasih pertanyaan model begituan. Gue jadi gak enak sama temen gueeee tauukk. 😜😜 Dikiranya apaan nanti. Padahal gue ama doi cuma temenan. Heish! *kita kapan jadian sih, baaangg? 😒😌

Itulah salah satu alasan kenapa saya gak mau pasang foto berdua sama teman cowok. Alasan lainnya, gak ada juga teman cowokku yang sudi foto berdua. Bahahahhahahaa...

Selanjutnya, kenapa kita harus mewaspadai orang-orang tua yang main socmed ialah karena mereka sebagai pendatang baru sometimes agak kaget dengan hingar-bingar jagad "temlen". Ditambah pula, pengetauan orang tua yang biasanya minim soal teknologi bisa berakibat cukup fatal. Maka perhatikanlah, sosok yang muncul di lini masa mereka bukanlah sosok nan bijak bestari layaknya orang dewasa yang kenyang akan asam garam kehidupan, tetapi "alay-alay" baru yang sayangnya sudah tidak muda lagi. *kekberasangomongindirisendiri* #ngaca oiii ngacaaaa

Tetapi anggaplah itu wajar, lagipula efek samping yang ditimbulkan teknologi socmed memang demikian. Kita, dari yang muda sampai yang tua, seolah haus akan eksistensi, sekaligus terkena penyakit narsis. But wait, apakah socmed memang hanya menjadi panggung untuk narsis-narsisan? Oh, come on...

Kemudian, hal yang mungkin belum dipahami sepenuhnya para orang tua pendatang baru ini adalah bahwa socmed itu sungguh dunia penuh dusta dan kepalsuan. Mereka terkesima dan terenyuh pada status-status "katakan amin, like and share" lalu dengan latah ikut menyebarkan. Sungguh menyedihkan sekaligus menyebalkan sebenarnya... 😢😭 Harusnya, kamu sebagai anak hitz masa kini mampu memahamkan papa-mama om-tante di rumah, bahwa itu hanya bagian dari bisnis kotor jualan jempol.

Dunia socmed juga dipenuhi berita hoax. Ujaran kebencian. Adu domba. Dan segala macam status dan berita provokatif. Dan kita sudah sama-sama mafhum, kebanyakan mengonsumsi berita sampah semacam itu, bisa bikin orang tua kumat darah tinggi dan asam uratnya. That's why you should alert your parents, dude! Barangkali kamu bisa mengajari mereka untuk memilih konten-konten sehat, karena dalam hal ini seharusnya kamu lebih expert *kamu kan pemain lama yes... 😎



Terakhir, mohon jangan ajari orang tua untuk kerajingan main Bigo live! Cukup kamu saja yang nista dengan mainan gak guna yang saya gak abis pikir itu, hahhahaha...
.
.
.
Demikian, saya akhiri kuliah kita hari ini. Silakeun dicatat sebagai "tugas penting nan mulia yang ada di pundak setiap anak generasi milenial." Semoga dengan mengamalkan saran-saran di atas, kamu bisa tercatat oleh malaikat sebagai anak berbakti. Kalaupun kamu tidak menemukan saran dari tulisan ini, yah silakan pikirkan sendiri bagaimana bagusnya.

Sekian. Salam. ❤️

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mah, Apa Hukumnya Minum Air Rebusan Telur?

Edisi #mamahdedeh, gaisss... Tagline kita adalah apa pun masalahnya langsung beres! Mari bayangkan skenario seperti ini... Di sebuah acara pengajian, puluhan wanita mengenakan gamis dan kerudung duduk melingkar merubungi seorang perempuan lebih separuh baya yang biasa disapa MAMAH. Lalu salah satu hadirin berdiri sembari memegang mic , hendak mengajukan sebuah pertanyaan mahapenting kepada Mamah. "Mah, curhat dooong!" "Iya dooong!" "Nama saya Haji Sul..." Belum selesai Haji Sul titik titik menyebutkan namanya secara paripurna, Mamah langsung menyemprot garang, "Hei heii, jangan sombong udah haji! Emang kalo abis solat kita dipanggil solat ape gitu?! Lanjut, nyebut nama aja biar sederhana!” Sehabis diomelin begitu, dengan wajah tersipu malu HAJI SUL titik titik kembali memperkenalkan jati dirinya. "Nama saya Sulastri Ayu, Mah." Ouu, ternyata Sulastri gaiiss... Alhamdulillah, namanya bukan Sulaiman. *pan ceweek dia* #krikrik #

Main 'Batu Lima' dan Rahasia Selamat dari Hantu

Anak-anak jaman sekarang mainnya kalo bukan gadget yaa ke mall. Begitu-begitu saja. Padahal kami dulu punya banyak permainan seru yang biasa dimainkan pas istirahat kelas dan sepulang sekolah. Kadang, jika kami agak bandel, hahah, permainan itu dimainkan ketika jam belajar, ketika Bapak dan Ibu Guru yang terhormat sedang keluar sebentar.  Kalau diingat-ingat, betapa menyenangkannya masa kecil itu...  Di kampungku, ada permainan yang namanya: kabula (mirip engklek yang di daerah Jawa), hendip, boi 100, kai, batu lima, kelereng, wayang, monopoli, dan banyak lagi.  ilustrasi permainan kabula. Photo credit: http://yogyakarta.panduanwisata.id/ ***** Nah, kali ini saya mau cerita sedikit tentang batu lima, salah satu permainan yang agak jarang saya melibatkan diri. Why ? Sederhana saja, karena bisa dipastikan, saya akan selalu kalah, sementara hukumannya bagiku agak mengerikan . ilustrasi permainan batu lima. photo credit: http://www.navalbasepri.moe.edu.sg/ Batu

Legenda Sangkuriang (Berkencan Sambil Cari Kutu)

Cerita ini dikisahkan oleh temanku, Mbak Tuts, waktu lagi nongkrong di depan indekos. Mbak Tuts itu ketika masih kecil adalah pecinta dongeng dan ia membagi sedikit “ingatan”nya tentang Legenda Sangkuriang. photo cr: http://legendasangkuriang.blogspot.co.id/ Suatu hari ketika Dayang Sumbi (ibunya Sangkuriang) masih lajang sedang menjahit, tiba-tiba jarumnya jatuh ke kolong rumahnya. Dayang Sumbi pun berjanji jika ada seorang lelaki yang mau mengambilkan jarum itu untuknya, lelaki itu akan dijadikan suami (bdw, menurutku ini ikrar yang aneh. Kenapa dia tidak turun ambil sendiri? Kan jatuhnya cuma di kolong... Haeuh, sedentary banget). Lalu, ternyata yang mengambilkan jarum itu adalah seekor anjing bernama Lumang. Singkat kata singkat cerita, mereka pun menikah. (Huh, ini lebih aneh lagi. Bagaimana caranya anjing ngambil jarum? Terus, dalam perjanjian tadi kan yang akan dijadikan suami adalah lelaki?!) Dari pernikahan Dayang Sumbi dengan Lumang lahirlah Sangkuriang. Suatu h